Cerita Sang PenulisTip Menulis

Agar Menulis Menjadi Lancar

Bagaimana agar menulis menjadi lancar? Kunci atasi masalah itu sesungguhnya ada dalam diri Anda. Bagi Anda yang tidak mau berpikir mencari solusi sendiri, tentu bisa belajar atau cari tahu dari solusi orang lain yang memiliki masalah yang sama. Begitu pun dengan masalah menulis.

Arda Dinata

_❤oOo❤_

PRODUKTIF MENULIS – Kali ini aku akan bercerita tentang bagaimana agar menulis menjadi lancar. Namun, sebelumnya, aku juga sudah pernah bercerita tentang: Menulislah dengan Cinta; Agar Menulis Selancar Bicara; Jejak Awal Merangkai Kata; dan Kata-Kata Itu Bikin Gairah Menulis, yang banyak merasa termotivasi menulis dengan membaca cerita tersebut. Lewat cerita yang aku tulis dan dibagi itu, aku bersyukur bisa merangsang pembaca punya keinginan untuk menulis. Tapi, ingat jadi penulis itu tidak hanya keinginan ya. Harus praktik menulis sekarang juga!

Oke, kali ini aku akan bercerita lagi tentang bagaimana agar menulis menjadi lancar. Bener nih mau baca ceritaku? Tapi, sebenarnya kamu pengen cerita materi menulis tentang apa sih? Jangan lupa tulis di kolom komentar ya!

Anda memiliki kendala dalam menulis? Agar menulis menjadi lancar, ayo segera mencari tahu jalan keluarnya sehingga masalah tersebut segera teratasi. Mencari solusinya pada siapa? Jalan keluarnya bisa didapatkan dari siapapun. Sebab, sejatinya Tuhan memberikan suatu masalah pada hambanya itu sesuai kadar kesanggupannya masing-masing.

“Betul ngak? Ayo… ngaku!”

Semoga lewat cerita berikut ini, masalah dan kendala yang dihadapi dalam bidang tulis menulis dapat Anda temukan solusinya. Kalau tidak segera beritahuku biar nanti segera dicarikan solusinya.

Ingat ya! Adanya masalah itu jangan dihindari dan dibiarkan saja hingga berlarut-larut. Sebab, pada dasarnya adanya masalah itu akan mendewasakan diri seseorang.

BACA JUGA:  Terpesona Membuatku Menulis

“Oke, yuk… disimak ceritanya di bawah ini!”

**

Hari itu, aku telah siap untuk berbagi dunia kepenulisan dengan para mahasiswa kesehatan sebuah perguruan tinggi yang kampusnya itu berada di jantung Kota Bandung. Sementara, di luar sana matahari masih malu-malu menyapa penduduk bumi. Membuat kehangatan pancarannya yang menyehatkan itu dirindukan banyak orang.

Aku menikmati suasana kampus yang masih sedikit lenggang dari lalu-lalang para mahasiswanya itu. Acaranya sendiri masih dimulai 30 menit ke depan. Aku sengaja datang lebih awal agar bisa menikmati lingkungan kampus yang sejuk dan terlihat asri itu. Setelah puas berjalan-jalan keliling menikmati udara sehat kampus tersebut, sejurus kemudian aku langsung menuju ruangan yang akan dijadikan tempat acara pelatihan kepenulisan bagi para mahasiswa kesehatan tersebut.

Panitia tersenyum menyambut kedatanganku dengan penuh hormat. Dan aku melihat isi ruangan pun sudah terlihat terisi deretan para mahasiswa yang duduk bergerombol bersama kelompoknya masing-masing.

“Silahkan bapak bisa menempati tempat duduk di sebelah sana yang sudah kami sediakan!” Ucap panitia yang menyambutku sambil menunjuk lokasi tempat duduk yang sudah disediakan.

“Makasih…!” jawabku sambil tersenyum.

Setelah rentetan acara pembukaan dan uraian sambutan dari panitia pelaksana dan pimpinan kampus. Akhirnya, tiba waktunya untuk narasumber Adra memberikan paparan materi terkait dunia kepenulisan.

Dengan penuh antusias, Adra menyampaikan materi seputar dunia kepenulisan. Atusiasme narasumber itu tidak bertepuk sebelah tangan. Ternyata, para peserta juga penuh antusias menyimak dan memperhatikan paparannya. Hal itu terlihat dari ekspresi sorot mata dan pandangan dari para peserta yang hadir di aula yang cukup luas itu. Pada salah satu sesi tanya jawab materi penulisan, ada salah satu peserta yang menanyakan cara menulis dan kendala apa yang pernah dialami saat awal-awal berlatih menulis.

BACA JUGA:  IPB Itu Modal Menjadi Penulis Sukses

“Saya mau bertanya Pak Adra, bagaimana sih cara agar kita bisa lancar saat menulis? Dan kendala apa saja yang pernah bapak alami diawal-awal berlatih menulis. Lalu, solusinya seperti apa?” tanya mahasiswi berjilbab dan mengenakan kacamata itu yang penuh antusias bertanya.

“Wah… luar biasa pertanyaannya. Bagus sekali nih…! Semoga saya bisa menjawabnya,” jawabku spontan merespon pertanyaan tersebut.

Sebelum menjawab pada inti pertanyaan mahasiswi tersebut, aku mencoba jelaskan terlebih dahulu tentang apa sejatinya menulis itu.

“Sesungguhnya menulis itu, tidak lain adalah mengekspresikan pengalaman melalui tulisan. Dari pengertian ini, paling tidak ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan dalam menulis, yakni: ekspresi, pengalaman, dan tulisan.”(1)

 Selanjutnya, aku merinci dengan menjelaskan lewat berbagai contoh kasus terkait ekspresi, pengalaman dan tulisan itu. Intinya, aku katakan pada para peserta pelatihan kepenulisan tersebut bahwa menulis itu adalah mengekspresikan sebuah pengalaman dari si penulisnya.

Keberadaan ekspresi itu sendiri terlihat dari ungkapan yang dituliskan. Ungkapan yang memperlihatkan “Siapa” sesungguhnya penulis tersebut. Dalam praktiknya, “Siapa” itu diwakili oleh rangkaian pernyataan, gagasan, dan perasaan yang tertulis dalam tulisan yang dibuat oleh si penulis.

“Menulis itu berisi pengalaman. Pengalaman siapa? Bisa pengalaman sendiri penulisnya. Atau pengalaman orang lain yang diperoleh dari curhat, pengamatan dan bacaan yang kita baca. Bahkan bisa juga pengalaman orang lain yang diminta, misalnya melalui wawancara atau menyebarkan kuesioner,” uraiku menjelaskan hakekat menulis.

Para peserta terlihat, manggut-manggutkan kepala. Semoga hal itu pertanda mereka betul-betul memahami hakekat dari menulis itu.

Arda Dinata

Arda Dinata adalah penulis buku Strategi Produktif Menulis dan penulis kolom di https://insanitarian.com/ , https://ardadinata.com/, dan https://www.miqraindonesia.com/

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!