Kata-Kata Itu Bikin Gairah Menulis
“Kata-kata itu bikin gairah menulis. Lautan kata-kata indah itu membikin gairah cerita, bila kita mampu merangkai secara tepat dan benar. Nada-nada suaranya ketika diucapkan memberi intonasi yang begitu indah terdengar di gendang telinga orang yang membaca dan mendengarkannya.”
– Arda Dinata –
Oleh: Arda Dinata
PRODUKTIF MENULIS – GAIRAH MENULIS perlu dibiasakan, dijaga, dikasih pupuk, dan disirami biar subur seperti sebuah tanaman. Kebiasaan korespodensi seperti sahabat pena yang aku lakukan semasa kecil, sadar tidak sadar telah membangun gairah jiwa kepenulisan (baca dan tulis) dalam pikiran sejak dini. Rahasia ini aku ketahui belakangan setelahnya banyak membaca buku-buku tentang kepenulisan.
Satu hal lagi, kebiasaan positifku waktu kecil yang diyakini banyak penulis sebagai kunci sukses dalam bidang ketrampilan menulis ialah kebiasaan merangkai kata-kata indah penuh makna yang dilakukan secara terus menerus. Misalnya, menulis puisi, pantun, naskah pidato dan kebiasaan bercerita merupakan kebiasaan yang bagus sebagai pengantar dalam mengasah ketrampilan menulis seseorang. Ingat, kata-kata itu bikin gairah menulis.
**
Suatu pagi menjelang siang itu, lewat sela-sela sudut ruangan kelas tanpa sengaja arah mataku terpesona dengan indahnya bunga aneka warna-warni yang mekar dengan sempurna di halaman sekolah. Di sana, ada kupu-kupu aneka warna dan kumbang yang hinggap bergantian dari satu bunga ke bunga lainnya. Mereka begitu riang dan gembira, begitu isi hayalku melukiskan dalam batok kepala sambil tersenyum-senyum sendiri.
Saat bersamaan dengan itu, ibu wali kelas yang merupakan guru tercantik versi kelasku yang belum menikah itu menyampaikan sebuah pesan pada seluruh muridnya dengan penuh semangat.
“Anak-anak, sebelum kenaikan kelas, sekolah kita nanti akan mengadakan lomba berpidato dan bercerita. Jadi, tolong ketua kelas mendaftarkan perwakilannya dan masing-masing kelas itu harus mengirimkan satu orang untuk mengikuti lomba tersebut,” begitu pengumuman yang disampaikan ibu guru cantik yang mengenakan jilbab warna unggu serasi dengan pakaian yang dikenakannya itu.
Seisi kelas, tiba-tiba merespon dengan suara gaduh. Saling tunjuk sana-sini mengusulkan teman-temannya masing-masing sebagai calon peserta.
“Sudah…. sudah… sudah… diam semuanya! Pokoknya silahkan ketua kelas mendiskusikannya, nanti nama-nama yang akan ikut lomba segera laporkan ke ibu. Oke, sekarang silahkan kalian bisa istrirahat,” ungkap ibu guru sedikit kesal mengakhiri pertemuan sambil memberi salam.
“Waalaikumusalam…. bu… Hore…!” Jawab anak-anak serempak tanpa komando dan seketika telah berhamburan ke luar kelas. Aku pun mengekor menuju kantin memenuhi kewajiban perutku yang membrontak tidak bisa kompromi ini.
**
Setelah diskusi panjang, ketua kelas akhirnya telah mendapatkan nama-nama murid yang akan mewakili kelasnya mengikuti lomba pidato dan bercerita itu.
“Nanti yang jadi wakil kelas kita untuk ikut lomba berpidato adalah Adra dan untuk lomba bercerita Siti ya..! Ini sudah final hasil diskusi loh ya…,” suara lantang ketua kelas itu memberi pengumuman.
Aku hanya pasrah menerima keputusan untuk mewakili kelasku mengikuti lomba pidato. Aku harus mempersiapkan secara baik agar pada saat lomba berlangsung nantinya dapat menampilkan yang terbaik. Demikian ucap batinku penuh semangat meyakinkan dan menyemangati diri.
Proses pencarian bahan dibantu teman-teman satu kelas, terutama group sepermainanku. Mereka dengan antusias, bareng-bareng mencari bahan untuk isi pidato di perpustakaan sekolah setelah ditetapkan temanya oleh panitia lomba.
Seperti saran dari wali kelas yang memang baik dan cantik itu, aku harus membuat kerangka isi naskah pidato yang akan disampaikan nanti. Aku dengan bimbingan ibu guru dan diskusi bersama teman-teman langsung membuat kerangka terlebih dahulu sebelum memasukan bahan bacaan isi pidato yang akan kusampaikan nanti saat lomba.
“Oke, teman-teman seperti saran dari ibu wali kelas. Kerangka isi pidato ini yang akan digunakan. Alasannya kata ibu guru karena isinya pas sekali dengan tema lomba pidato yang sudah disampaikan panitia,” demikian suara dari mulutku menginfokan kepada teman-teman yang hadir di sekeliling tubuh.
“Iya siip… yuk saatnya kita memasukkan bahan-bahannya dalam kerangka tersebut bareng-bareng,” ucap ketua kelas merespon yang aku sampaikan.
“Yuk…., kita mulai!” Serempak suara teman-teman lainnya spontan.
Terus terang aku dan teman-teman merasa terbantu dengan adanya kerangka isi pidato yang akan dibuat itu. Apalagi durasi lamanya waktu juga sudah ditentukan hanya maksimal 10 menit.
Dengan rasa kebersamaan, akhirnya naskah pidatoku sudah selesai dibuat dengan penuh rasa puas. Sekarang, tinggal tugasku harus menghapalkan isi pidato tersebut sesuai gayaku sendiri.
Sementara itu, untuk naskah cerita yang akan dibawakan oleh Siti juga telah rampung dibuat. Walaupun tema lomba cerita itu bebas, namun yang dilakukan Siti setelahnya ia membuat konsep naskah ceritanya itu, tetap meminta masukkan dari teman-teman lainnya. Akhirnya, atas berbagai masukkan dari teman-temannya, aku melihat ekspresi wajah Siti jadi tambah yakin akan isi jalan ceritanya. Aku bersyukur punya teman-teman yang kompak. Demikian guman hatiku sambil senyum-senyum sendiri.
**

Lautan kata-kata indah itu membikin gairah cerita, bila kita mampu merangkai secara tepat dan benar. Nada-nada suaranya ketika diucapkan memberi intonasi yang begitu indah terdengar di gendang telinga orang yang membaca dan mendengarkannya. Ingat, kata-kata itu bikin gairah menulis.
Setiap rangkaian kata-kata yang sudah menjadi kalimat itu, coba aku bacakan dalam hati maupun dengan bersuara lantang berulang-ulang sampai rasa puas itu memenuhi hati dan pikiranku. Apakah aku merasa nyaman menyampaikannya atau tidak? Bila terasa janggal, aku rubah sedikit susunan katanya dan penekanan intonasinya.
Pola seperti itu, jujur walau menjemukan tapi aku terus melakukannya secara berulang-ulang hingga puas. Dan sampai akhirnya merasa pas, nyaman dan indah tersampaikan dengan baik pesannya pada penonton. Cara yang aku maupun Siti lakukan ialah dengan cara meminta respon secara jujur dari teman-teman yang setia mendengarkan naskah pidato yang aku dan cerita Siti bawakan.
“Bagaimana teman-teman yang barusan aku dan Siti sampaikan?” lemparku menunggu respon dari teman-teman.
Pingback: Agar Menulis Menjadi Lancar - Produktif Menulis
Your article helped me a lot, is there any more related content? Thanks!
Your point of view caught my eye and was very interesting. Thanks. I have a question for you.
Your point of view caught my eye and was very interesting. Thanks. I have a question for you.