Cerita Sang PenulisTip Menulis

Bermesraan Menulis dengan Media

“Bermesraan menulis dengan media itu mengasyikan. Mesra itu penuh gairah. Aura kegairahan menulis itu lahir dari aktivitas membaca, mengamati dan merenung. Agar tulisan kita bisa diterbitkan oleh koran atau majalah, maka kita harus bersahabat dan bermesraan menulis dengan media.”

(Arda Dinata)

_❤oOo❤_

PRODUKTIF MENULIS – Tulisan bisa diterbitkan oleh suatu media itu merupakan suatu anugrah dan menjadi kebahagiaan tersendiri bagi penulis. Adra merasakan betul hal seperti itu, setelah tulisannya dimuat koran terbesar di Jawa Barat, yaitu Pikiran Rakyat Bandung untuk pertama kali, hatinya berbunga-bunga tiada tara. Semangat dan motivasi menulisnya tumbuh menjadi berlipat-lipat. Itulah buah dari bermesraan menulis dengan media.

Kondisi seperti ini harus terus dipelihara oleh tiap penulis. Adra masih ingat pesan para penulis senior bahwa ketika sudah pernah dimuat sekali, hendaknya jangan putus untuk segera mengirimkan tulisan lagi agar redaksi terus mengingat keberadaan kita sebagai penulis.

Pokoknya, jangan terlalu lama. Cepat menulis lagi dan segera kirimkan tulisan itu ke redaksi koran atau majalah yang pernah memuat tulisan kita. Biasanya, tulisan kita akan menjadi pertimbangan untuk dimuat lagi. Apalagi, isi tulisan kita itu aktual, bagus dari sisi tema dan berkualitas isinya. 

Untuk itu, bangunlah etos kerja penulisan secara konsisten dan rutin dalam mengirimkan sebuah karya tulis ke suatu media. Dalam bahasa Adra menyebutnya dengan bangunlah bermesraan menulis dengan media. Lalu, bagaimana cara Adra Atanid menyikapi hal itu agar tulisannya terus dapat dimuat koran atau majalah?

❤oOo❤

Pagi di hari libur itu, Adra mengisi waktunya untuk merenung, membaca ulang dengan penuh teleti dan menganalisa tulisan-tulisan yang telah dimuat dan dibandingkan dengan arsip tulisan asli yang dimilikinya waktu sebelum dikirimkan dan diedit oleh redaksi itu.

BACA JUGA:  Menjadi Penulis Kreatif

Hasilnya, ada beberapa yang dikoreksi dari isi tulisan tersebut. Baik, terkait kata-kata yang tidak diperlukan sampai dengan susunan kalimatnya yang kacau berantakan agar menjadi mudah dipahami pembaca.

Saat aku baca ulang pun, merasakan ada kepuasan tersendiri karena menjadi lebih lancar membacanya dan hasil editan itu pun tidak merubah makna dari kalimat yang dimaksud sebelum diedit. Ungkap hati Adra meyakinkan dirinya sendiri.

Sungguh, apa yang dilakukan Adra itu adalah pola pembelajaran terbaik yang dapat ditiru bagi yang sedang belajar menulis agar tulisannya dimuat. Dengan belajar dari hasil editan redaksi, Adra secara tidak langsung telah belajar bagaimana cara menuangkan ide ke dalam sebuah tulisan utuh.

Bagi Anda yang belum pernah sama sekali dimuat tulisannya, baik di koran maupun majalah. Caranya adalah dengan membaca sebanyak-banyaknya tulisan yang telah dimuat pada rubrik yang akan dikirimi tulisan Anda.

Lalu, coba renungkan dan analisa terhadap tulisan tersebut. Bagaimana cara penulis itu membuat kalimat yang efektif dan efesien tanpa merubah makna dari kalimat yang telah ditulisnya. Termasuk bagaimana menggunakan gaya bahasa tulisan yang mengalir dan enak dibaca itu.

Akhirnya, aku meyakini kalau aktivitas yang dilakukan penulis seperti itu, pada ujungnya akan meningkatkan mutu tulisan penulis bersangkutan menjadi lebih baik dan berkualitas.

Kesadaran seperti itulah, yang Adra lakukan pada awal-awal belajar menulis di media dan sampai sekarang masih terus dilakukannya dalam proses membuat sebuah artikel.

❤oOo❤

Ada pengalaman Adra lainnya, terkait bagaimana caranya agar tulisan yang dihasilkannya itu dapat dimuat di media massa yang diinginkan. Adra mencoba membongkar rahasia dirinya tentang mengapa ada tulisan yang tidak dimuat dan atau sebaliknya ada tulisan yang dimuat oleh sebuah media.

BACA JUGA:  Apa Rahasia Tips Produktif Menulis?

Pengalaman ini, Adra dapatkan dari usahanya mempelajari gaya tulisan, penyusunan kalimat dan panjang pendeknya tulisan yang dibuatnya selama ini. Jujur, Adra belajar secara langsung dari tulisan-tulisan yang tidak dimuat dan telah dimuat di media tersebut. Inilah salah satu wujud dari usaha bermesraan menulis dengan media.

Pertama, banyak tulisan Adra yang tidak dimuat itu ternyata dari sisi jumlah halaman, ada yang terlalu pendek dan ada juga terlalu panjang tulisannya. Pokoknya jumlah karakter tulisannya tidak sesuai dengan porsi halaman yang dibutuhkan rubrik tersebut. Maka hasilnya, dapat dipastikan tulisannya tidak akan dimuat.

“Sebagai solusi agar tulisan dapat dimuat dan diterbitkan oleh redaksi koran atau majalah adalah jumlah karakter tulisan yang kita buat harus sesuai dengan persyaratan rubrik yang kita kirimkan.

Caranya, saat ini tiap redaksi biasanya sudah mencantumkan jumlah karakter bagi rubrik tertentu. Kalau pun tidak ada tertulis, cara yang aku lakukan dengan melakukan perkiraan kasar dengan cara menghitung jumlah kata atau alinea pada tulisan yang sudah terbit pada rubrik tersebut.

Sebagai contoh ada sebuah koran menuliskan persyaratanya seperti ini: ‘Redaksi menerima karya tulis asli (bukan terjemahan atau saduran). Redaksi berhak untuk menyunting tulisan yang akan dimuat tanpa merubah isi. Gaya tulisan harus menggunakan bahasa yang lugas, informatif, populer, singkat dan jelas. Panjang tulisan 8.000-10.000 karakter tanpa spasi.’

Arda Dinata

Arda Dinata adalah penulis buku Strategi Produktif Menulis dan penulis kolom di https://insanitarian.com/ , https://ardadinata.com/, dan https://www.miqraindonesia.com/

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!