Menulis dengan Ilham

Yuk, menulis dengan ilham! Ilham berarti petunjuk yang datang dari Tuhan dan terbit di hati; atau merupakan bisikan hati. Ilham juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang menggerakkan seorang penulis untuk membuat tulisan.

– Arda Dinata –

Oleh: Arda Dinata

PRODUKTIF MENULIS – Agar ilham tidak hilang begitu saja, maka seorang penulis harus rajin mencatat lintasan ide, ilham, dan gagasan yang kadang kala muncul dengan tiba-tiba itu. Sebab, ilham yang telah terlewat dan belum sempat ditulis itu, bisa jadi sulit untuk hinggap kembali (sama persis) dalam lintasan pikiran.

Jadi, keberadaan ilham ini merupakan sesuatu yang sangat berarti bagi seorang penulis. Untuk itu, segera ikat ilham yang muncul di hati seorang penulis itu dengan menuliskan kata-kata dan kalimat ilham tersebut dalam sebuah (kertas, buku) kumpulan-kumpulan ide secara khusus.

Ingat ilham itu belum tentu datang lagi menghampiri kita di kemudian waktu. Dengan kata lain, kalaupun hadir kembali, itupun prosesnya saya yakin cukup lama dan susah memancingnya. Ada yang pernah merasakannya?

Setelah ilham itu kita catat, menurut Buya Hamka, seorang ulama dan penulis produktif pada jamannya, menyarankan dengan mengatakan, “Membuat karangan jangan ditunda-tunda, setelah bahan terkumpul baru menulis.” Inilah anjuran Hamka kepada anaknya, Rusydi Hamka.

Untuk itu, saran saya, begitu ilham menghampiri kita, maka segera menuliskannya dalam bentuk tulisan. Biarkan pikiran kita mengalir menuliskannya.

Pokoknya, saat menulis kita fokus menuangkan apa-apa yang ada dalam pikiran yang didapat dari bahan bacaan yang kita baca sebelumnya. Ataupun rangkaian pengalaman yang bisa bermanfaat dan memberi inspirasi kebaikan bagi yang membaca nantinya.

Ingat, biasakan menulis jangan sambil berpikir. Sebab, bisa dipastikan proses menulis kita bisa menjadi tersendat. Tulis saja sampai isi pikiran yang sesuai dengan tema tulisan itu tertuang dalam tulisan.