Cerita Sang PenulisMotivasi MenulisUncategorized

Membaca Perjalanan Menulis

Yuk, membaca perjalanan menulis, sebab di sana ada hikmah!

Mendiang novelis E.L. Doctorow pernah menggambarkan proses penulisan sebagai berikut: “Seperti mengendarai mobil pada malam hari, kita hanya dapat melihat sejauh yang diterangi lampu. Tetapi, kita –ternyata– dapat menempuh seluruh perjalanan dengan cara ini.” Jadi, menulislah sekarang juga dan tempulah perjalanan menulis itu hingga akhir. 

(Hernowo Hasim)

PRODUKTIF MENULIS – Membaca perjalanan menulis masa kecilku dihiasi keindahan pemandangan alam pedesaan yang terhampar luas berupa sawah-sawah menghijau di wilayah Indramayu sana, tepatnya di Desa Tempel Kulon Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu Jawa Barat. Lukisan dan pernak pernik masa kecil yang bergelut dengan aktivitas bertani di sawah itu telah membekas dalam tulisan memori ingatanku.  Inilah ranah ‘menulis’ di otak.

Bermain, sekolah, mengaji dan membaca adalah rutinitas yang saya lakukan semasa di kampung kelahiranku. Terkait membaca ini, ada yang bisa saya ceritakan. Pada suatu pagi, ketika saya mau berangkat sekolah ada kabar sekolah kami ambruk karena kondisi bangunan yang sudah dimakan usia. Ada beberapa ruangan kelas belajar dan perpustakaan, satu diantaranya yang ikut menjadi korban robohnya bangunan sekolah tersebut.

Sesampainya di sekolah, hati saya cukup sedih. “Mau belajar di mana kalau ruangannya tidak ada,” pikirku saat itu. Saya pun langsung berbaur bersama-sama guru-guru dan murid-murid lain memunguti barang-barang yang masih bisa diselamatkan. Saya lebih tertarik menyelamatkan buku-buku yang tertindih bongkahan batu bata dan genteng yang telah hancur lebur berserakan di sana sini.

Saya pun atas ijin bapak dan ibu guru memohon untuk mebawa pulang beberapa buku yang saya sukai dan sempat saya punguti dari sisa-sisa reruntuhan bangunan SD tersebut. Saya melahap semua bacaan yang dibawa pulang. Keranjingan membaca saya tidak sampai di situ. Sebagai anak kuwu (kepala desa), waktu itu ada beberapa koran dan majalah yang harus dibeli oleh setiap desa. Koran yang didrop dan wajib bayar itu, sesekali di bawa pulang ke rumah oleh bapak saya.

Koran-koran dan majalah itulah yang sering saya buka dan baca-baca isinya. “Pinter banget nih orang yang menulis di koran ini. Banyak pengetahuan yang saya dapatkan dari membaca artikel dan informasi yang diberitakannya.” Pikiranku terus melayang dalam ketidak mengertian tentang bagaimana sampai bisa membuat dan menerbitkan koran ini.

* *

Yuk, membaca perjalanan menulis ku! Semoga banyak hikmah yang bisa diambil ibrohnya bagi siapapun yang membacanya.

Keranjingan membaca ini, terus berjalan seiring perjalanan hidup saya. Selanjutnya, selain membaca saya pun mulai terbiasa corat coret secara bebas lewat tulisan. Entah itu berupa surat, pantun, puisi, karangan dan tulisan untuk belajar berpidato.

Bentuk tulisan yang terkesan bagi saya dan membuat senyum-senyum swndiri ketika mengingat kejadian pada awal-awal dunia kepenulisan saya tersebut adalah ketika saya memberanikan diri mengungkapkan perasaan saya lewat tulisan di secarik kertas pada seorang anak perempuan yang saya kagumi dan senangi (ceeiilleee…!).

Saya pun ngak ngerti kenapa saya lebih nyaman dalam mengungkapkan hasrat dan keinginan hati ini lewat media tulisan daripada mengungkapkan langsung kepada orangnya. Saya begitu malu bila berhadapan langsung pada orang yang saya coba kagumi. Padahal pada tahun 1984-an, saat itu usia saya masih golongan SD kelas 4-an.

Selanjutnya, karya puisi dan kata-kata mutiara itu sering saya corat-coret yang dituangkan di sela-sela buku letjes untuk menulis pelajaran di sekolah. Saya paling senang kalau ada tugas mengarang. Buktinya, saya bisa mengarang berlembar-lembar. Bahkan bingung untuk berhentinya dan kecenderungan kalau kertasnya belum penuh, belum berhenti menulis. Makanya, saya lebih suka kalau ujian itu esai bukan multiple choice (pilihan ganda).

* *

Terkait menulis ini, saya sejalan dan setuju banget dengan apa yang diungkapkan mendiang novelis E.L. Doctorow, seperti ditulis Hernowo Hasim dalam status FB-nya (1/11/2015), yaitu pernah menggambarkan proses penulisan sebagai berikut:  “Seperti mengendarai mobil pada malam hari, kita hanya dapat melihat sejauh yang diterangi lampu. Tetapi, kita –ternyata– dapat menempuh seluruh perjalanan dengan cara ini.” Jadi, menulislah sekarang juga dan tempulah perjalanan menulis itu hingga akhir. 

Motivasi menulis tersebut sejalan dengan apa yang pernah dikatakan dosen Silaen, “Mulailah menulis dari mana saja.” Artinya, untuk menulis itu sesungguhnya kita sudah mempunyai bekal yang cukup untuk menulis. Makanya, menulislah dari mana saja sesuka hati kita dan mulailah menulis dari sekarang. Sebab, bahan bacaaan yang sudah terekam dalam pikiran dan memori ingatan kita selama ini adalah merupakan modal yang cukup untuk menulis. Lagi pula, bukankah, setiap kita sudah “membaca kehidupan” ini sejak kecil?

Akhirnya, lewat pengalaman hidup, kita bisa berbagi ilmu dan pengalaman kepada orang lain melalui tulisan. Semakin sering kita menuangkan isi pikiran lewat tulisan maka kualitas tulisan kita semakin terasah dengan baik dan berkualitas. 

Salam inspirasi sukses menulis. Bagaimana menurut Anda? Dan apakah Anda berminat membaca tulisan selanjutnya? Silahkan tulis dan saya nantikan komentarnya!

======

BACA JUGA:  Menjaring Inspirasi Menulis

Anda ingin menjadi penulis sukses, ikuti terus tulisan saya seputar dunia tulis menulis secara rutin di leman website PRODUKTIF MENULIS di  www.ProduktifMenulis.com ya! Caranya klik whatsApp di bawah ini:

Arda Dinata

Arda Dinata adalah penulis buku Strategi Produktif Menulis dan penulis kolom di https://insanitarian.com/ , https://ardadinata.com/, dan https://www.miqraindonesia.com/

3 komentar pada “Membaca Perjalanan Menulis

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!